Entri Populer

Sabtu, 26 Maret 2011

Oxidants Dan Radikal Bebas Sebagai Dasar Perusakan Sel Dari Berbagai Penyakit

Oxidant merupakan molekul yang sangat berbahaya karena sifatnya yang merusak. Berbagai penyakit seperti:
  • Penyakit jantung (jantung koroner, serangan jantung mendadak, payah jantung, dll)
  • Penyakit pernafasan (penyakit paru obstruktif menahun, asma, bronkitis, TBC, dll)
  • Kencing manis (Diabetes melitus)
  • Darah Tinggi (hipertensi)
  • Hiper kolesterol, hipertrigliseida 
  • Penggumpalan darah
  • Penyakit Hati/liver (Hepatitis, Sirosis hati, perlemakan hati, dll)
  • Kanker
  • Penuaan Dini
  • Penyakit autoimun (Lupus, Remathoid Arthritis, dll)
Dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lain yang masih sehat dengan menghasilkan oxidant. Oxidant dapat merusak sel-sel tubuh dengan cara menghancurkan membran sel, struktur sel, fungsi dan DNA sel.

Selain penyakit sumber oxidant dari luar juga beraneka ragam seperti:
  • Polusi
  • Obat-obatan
  • Bahan pengawet
  • Bahan-bahan kimia yang dipakai dalam proses industri
  • Dan lain-lain
Bila kita dalam keadaan sehat, tubuh kita tetap menghasilkan oxidan dalam jumlah sedikit sebagai hasil sampingan dari metabolisme tubuh. Tapi kita tidak boleh menyepelekan jumlah oxidant yang ada dalam tubuh meskipun dalam jumlah sedikit, oleh karena sifat oxidant yang dapat bereaksi secara berantai dan menyebabkan molekul lain yang normal menjadi oxidant juga. Dalam bahasa awamnya, oxidant dapat melakukan “getok-tular” sehingga oxidant yang hanya sedikit ini bila tidak segera dinetralkan akan menyebabkan kerusakan yang sangat parah.

Untungnya dalam tubuh kita terdapat antioxidant alami (SOD:Super Oxide Dismutase)yang dapat menetralkan oxidant. Oxidant alami yang dapat dihasilkan oleh tubuh jumlahnya terbatas dan akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu diperlukan antioxidan tambahan dari luar yang biasanya dapat kita peroleh dari buah dan sayuran (misalnya: wortel, tomat, jeruk, anggur, dll). Penting untuk menjaga agar antioxidant dalam tubuh kita tetap tinggi agar tidak terjadi kerusakan sel-sel yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Namun sayangnya, dengan gaya hidup masa kini sangat sulit untuk mendapatkan antioxidant dalam jumlah yang cukup dari buah dan sayuran. Bila kita ingin mendapatkan jumlah antioxidant yang cukup maka kita harus menerapkan pola makan minimal empat sehat, dimana setiap kali kita makan harus terdapat sayur dan buah dalam porsi yang cukup. Bila kita mau jujur, apakah setiap hari kita dapat makan seperti ini?Jawabannya pasti tidak (paling tidak itu jawaban saya, yang saya sudah usahakan semaksimal mungkin). Tidak hanya itu, saat ini kita akan sangat sulit sekali mendapatkan buah dan sayuran yang masih segar, dalam artian tidak digunakan bahan pengawat yang dapat membuat buah dan sayuran tetap segar. Bila kita memakan buah dan sayuran dengan bahan pengawetnya sekalian maka bukan antioxidant saja yang kita makan, namun oxidant juga akan bertambah dalam tubuh kita.

Sebagai jawaban, maka kita memerlukan supplemen dari luar yang khusus menyediakan antioxidan dalam jumlah yang besar. Saat ini sudah sangat banyak beredar jus buah dan sayuran yang mengandung antioxidan dalam jumlah yang tinggi, salah satunya adalah NECTURA. NECTURA mengklaim bahwa ia memiliki antioxidan yang sangat tinggi, yang mencapai 30 kali lipat dari antioxidant yang dapat diperoleh dari jus buah mengkudu yang diyakini memiliki antioxidant yang tinggi.



  
Untuk Mendapatkan NECTURA dapat hubungi 08164737475 (dr. Erwin)

Senin, 31 Januari 2011

PENINGKATAN MUTU DOKTER

Untuk menjadi seorang dokter di Indonesia, maka seseorang harus menempuh pendidikan formal setelah SMU (Sekolah Menengah Umum, kelas 10,11,12) selama minimal 5,5 tahun. Waktu yang cukup lama untuk menempuh pendidikan formal dengan gelas S1 dokter. Namun demikian itulah kenyataannya, dimana seorang dokter, dalam bekerja akan bermain-main dengan kesehatan dan bahkan nyawa dari pasiennya. Sebagai akibatnya, banyak yang harus dipelajari, oleh karena manusia adalah mahkluk Tuhan yang paling kompleks. Dokter dapat dianalogikan sebagai mekanik mesin, namun perbedaannya seorang mekanik, memperbaiki mesinnya dalam keadaan mati, sedangkan seorang dokter harus mengobati pasiennya yang dalam keadaan mesin masih menyala. Bayangkan jika seorang mekanik harus memperbaiki mobil dalam keadaan mesin menyala?

Nah setelah dokter menempuh pendidikan formalnya, disinilah masalah bermunculan. Tidak banyak pasien yang berani menanyakan kepada dokternya: apa penyebab penyakit saya dokter?, apa pengobatan yang diberikan oleh dokter pasti akan menyembuhkan saya?, apalagi jika setelah mendapatkan jawaban apakah pasien berani menanyakan : apakah saya bisa mendapatkan bukti dari apa yang dokter jelaskan?. Apakah hal ini penting? Ya sangat penting.

Penelitian di seluruh dunia mengenai kesehatan sangat banyak, dan yang sudah dipublikasikan sampai saat ini bisa mencapai 55 penelitian setiap harinya. Coba anda pikirkan, apakah mungkin seorang dokter meng “update” pengetahuannya setiap hari dengan membaca 55 artikel tiap harinya? Nah dari 55 artikel yang mungkin dibaca tidak semuanya dapat diterapkan dalam praktek seorang dokter, pertanyaannya: apakah daokter mempunyai waktu untuk mengkaji, mana artikel yang penting dan mana yang tidak penting?.

Pada saat pendidikannya, dokter mempelajari ilmu kesehatan dari buku teks. Buku teks biasanya akan diterbitkan lima tahun sekali untuk mata kuliah yang sama, jadi apa yang menjadi acuan akan tertinggal antara 5 – 10 tahun. Bayangkan dalam 5-10 tahun, pasti banyak ilmu kesehatan yang telah berkembang dan ilmu yang lama sudah tidak digunakan lagi.

Nah sebagai jawabannya atas hal itu semua adalah Evidance based medicine (ilmu kedokteran berbasis bukti). Ilmu ini relative sangat baru, dan tidak banyak dokter yang menguasainya. Dalam ilmu ini akan diajarkan bagaimana seorang dokter dalam waktu kurang dari dua menit sudah mendapatkan jawaban dari apa yang tidak diketahuinya. Nah apakah dokter anda menguasai ilmu ini? Jika tidak, maka kemampuannya untuk mengobati pasien patut dipertanyakan.

Di zaman yang penuh dengan informasi ini, seorang dokter akan dibanjiri oleh berbagai macam informasi kesehatan, baik yang penting dan yang menyesatkan, maka diperlukan kemampuan dalam memilah-milahnya. Banyak pengobatan yang dilakukan oleh seorang dokter saat ini berlebihan (memboroskan uang pasien) atau bahkan lebih rendah dari yang seharusnya (merugikan kesehatan pasien). Hal ini dikarenakan oleh karena seorang dokter tidak menguasai ilmu kedokteran berbasis bukti.

Apakah anda mengira, bahwa dengan meminum obat yang telah sesuai dengan penyakit anda, anda pasti akan sembuh? Jika anda menjawab ya, maka anda membuat kesalahan besar. Dalam dunia kedokteran semuanya adalah kemungkinan, namun yang dijadikan acuan dalam pengobatan adalah yang kemungkinan penyembuhannya paling besar. Nah angka 95% merupakan angka yang cukup besar dalam hal pengobatan. Ini berarti jika ada 100 orang penderita diterapi maka ada 5 yang tidak sembuh. Jika salah satu dari 5 pasien ini adalah anda, apa yang anda rasakan?

Nah dalam ilmu kedokteran berbasis bukti, seorang dokter akan memaparkan kemungkinan kesembuhan anda jika anda menjalani pengobatan A atau pengobatan B. Disaat yang sama, anda juga akan dijelaskan risiko yang harus anda terima dalam menjalani pengobatan A atau pengobatan B. Disini, anda akan diajak untuk ikut dalam mengambil keputusan, yang bukan semata-mata atas perintah dokter. Dokter juga manusia yang tidak luput dari kesalahan, dan yang menjadi objek adalah tubuh anda, jadi jika anda tidak dilibatkan, maka saya rasa tidak adil bagi anda. Apakah anda yakin anda tidak dijadikan objek percobaan?

Contoh kasus:
Suatu saat ada seorang penderita yang tergigit oleh anjing liar yang dia tidak tahu siapa pemiliknya. Dengan segera ia pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan dari apa yang dialaminya. Kemudian pasien bertanya apakah ia akan mendapatkan antibiotik untuk mencegah infeksi? Sang dokter menjawab: risiko infeksi untuk kasus seperti ini adalah 14% (dalam 100 pasien ada 14 yang infeksi), dan antibiotik akan menurunkan risikonya menjadi 50% (artinya risiko infeksi menjadi 7% jika pasien mendapatkan antibiotik). Nah keputusan untuk mendapatkan antibiotik (yang harganya cukup mahal) dan tidak akan diserahkan kepada pasien itu sendiri. Akhirnya pasien memutuskan untuk tidak menggunakan antibiotik dan ternyata ia sembuh tanpa infeksi.

Pertanyaannya: apakah dokter anda ada yang melakukan praktek kedokteran yang seperti ini? Jika anda balik bertanya kepada saya, saya baru saja memulainya.

Kamis, 27 Januari 2011

MAU MINUM OBAT? YAKIN AMAN?

Kalau kita sakit, kita pasti pergi mencari kesembuhan. Di zaman modern ini kita dikatakan sehat apabila kita pergi mencari pengobatan modern (barat). Pengobatan modern yang paling sederhana yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah praktek dokter. Nah disinilah masalah banyak bermunculan. Salah satunya adalah apakah anda yakin obat yang anda minum akan dapat menyembuhkan anda dan tidak memberikan efek yang sebaliknya? Hal inilah yang tidak pernah dikomunikasikan oleh dokter anda.

Jadi seperti yang telah saya bahas pada artikel sebelumnya (obat bagai pedang bermata dua), obat mempunyai efek yang diinginkan dan efek yang tidak diinginkan. Biasanya dokter anda akan menginformasikan efek yang diinginkan saja, sedangkan efek yang tidak diinginkan tidak pernah dikomunikasikan, mengapa demikian? Jika anda mengetahui efek yang tidak diinginkan, mungkin anda tidak akan mau minum obat. Apakah begitu menakutkannya obat itu? Jawabannya ya.

Jika anda menanyakan kepada seorang dokter, jika dia sakit apakah akan langsung minum obat? Jawabannya pasti tidak (paling tidak saya sendiri akan menjawab tidak). Namun jika anda bertanya, jikalau ada pasien ada datang dan merasa sakit, apakah anda akan memberikannya obat? Jawabannya pasti ya (paling tidak, dokter akan memberi pasiennya vitamin-juga merupakan obat- jika sakitnya sangat ringan). Nah sedikit tidak adil bukan? Nah mengapa dokter melakukan demikian? Jawabannya adalah dokter juga manusia, dia akan dia akan menyayangi tubuhnya lebih daripada pasiennya. Seorang dokter jika sakit, ia akan sangat berhati-hati untuk minum obat, karena dia sangat tahu bahayanya.

Nah sekarang kita akan membahas apakah efek yang menakutkan itu? Efek obat yang tidak diinginkan (efek samping obat) ada dua macam yaitu yang bisa diramalkan dan yang tidak bisa diramalkan. Efek samping obat yang bisa diramalkan adalah efek samping obat yang sudah diketahui cara kerjanya dengan pasti dan bagaimana penyerapannya dalam tubuh, pendistribusiannya dalam organ tubuh dan pengeluarannya dari tubuh (eliminasi).

Efek samping obat yang bisa diramalkan sering terjadi namun efeknya biasanya ringan sampai sedang dan biasanya dokter sudah akan mengantisipasi efek samping obat ini. Dokter yang baik biasanya akan memberikan anjuran pemakaian obat (setelah makan/sebelum makan/jangan diminum bersamaan dengan obat lain, dll) atau memberikan obat lain yang memiliki proteksi terhadap efek samping obat yang pertama. Efek samping obat jenis ini biasanya akan terjadi secara umum pada siapa saja yang meminum obat tersebut. Oleh sebab itu pada bungkus obat yang dijual bebas pasti akan tercantum peringatan efek samping obat ini, namun pada obat yang diberikan oleh apotek atas dasar resep dokter tidak pernah ada penjelasan mengenai hai ini.

Efek samping obat yang kedua yaitu yang tidak dapat diramalkan adalah efek samping obat yang terjadi begitu saja tanpa diketahui bagaimana hal itu bisa terjadi. Sampai saat ini hanya teori yang belum bisa dipastikan kebenarannya yang menjelaskan efek samping obat ini. Tidak tanggung-tanggung efek samping obat ini tidak hanya menyebabkan penyakit yang serius, namun juga dapat membawa kematian pada yang menggunakannya. Efek samping obat jenis ini bisanya jarang terjadi, dan tidak terjadi pada setiap orang (artinya ada yang mengalaminya dan ada juga yang tidak mengalaminya), namun jika terjadi maka dapat menyebabkan kematian. Setiap obat pasti memiliki kemungkinan kecil terjadi efek samping obat jenis ini, Obat yang dianggap paling aman sekalipun, seperti vitamin B komplex dapat memiliki efek samping obat jenis ini.

Efek samping obat yang dapat diramalkan saja tidak pernah atau jarang dikomunikasikan kepada anda, apalagi efek samping obat yang tidak dapat diramalkan. Jika anda mengetahuinya mungkin anda akan ketakutan bila harus minum obat. Jadi pastikan ke dokter anda bahwa obat yang akan anda konsumsi ini benar-benar sangat anda butuhkan (efek baiknya jauh lebih besar daripada risikonya).

Senin, 24 Januari 2011

MAU OTOT GEDE? YA OLAHRAGA (MEMPERBESAR OTOT)

Sebelum kita membahas bagaimana membuat otot menjadi besar dan berbentuk, ada baiknnya anda mengetahui hal yang mendasar dari sel otot. Sel otot merupakan sel yang unik, dimana didalamnya terdapat serabut-serabut otot yang disebut aktin dan myosin. Di dalam sel otot juga terdapat sitoplasma seperti terdapat dalam sel, namun sitoplasma dalam sel otot disebut sarkoplasma.

Otot merupakan kumpulan dari sel-sel otot. Sel-sel otot ini tidak dapat bertambah banyak. Oleh karena itu untuk membesarkan otot, maka yang harus dibesarkan adalah sel-sel ototnya. Seperti yang telah dijelaskan diatas sel otot terdapat 2 komponen penting, yaitu sarkoplasma dan serabut aktin dan myosin, sehingga untuk membesarkan sel otot dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu memperbanyak, memperbesar dan memperpanjang serabut aktin dan myosin atau meningkatkan jumlah sarkoplasma. Meskipun demikian, dalam latihan untuk memperbesar otot pasti akan terjadi keduanya, namun dapat diatur mana yang lebih dominan.

Sarkoplasma merupakan merupakan cairan yang berada dalam sel otot. Dalam cairan sarkoplasma banyak terdapat glycosome (merupakan molekul-molekul yang menyimpan glycogen). Glycogen merupakan gula otot yang digunakan sel otot untuk membentuk energi di dalam mitokondria (pembangkit energy). Selain itu di dalam sarkoplasma terdapat myoglobin yang merupakan molekul yang mengikat dan menyimpan oksigen. Oksigen diperlukan dalam jumlah besar untuk membentuk energi.

Oleh sebab itu untuk memperbesar otot maka sel otot harus diperbesar. Untuk memperbesar sel otot , jumlah sarkoplasma harus ditingkatkan. Contoh olahraga yang meningkatkan jumlah sarkoplasma adalah binaragawan (body builder) dan atlit-atlit yang berlatih untuk ketahanan (endurance) seperti pada pelari marathon.

Aktin dan myosin merupakan serabut otot. Serabut otot dapat ditingkatkan jumlahnya, diperbesar dan diperpanjang ukurannya dengan latihan kekuatan. Dengan melatih kekuatan pada skala 80% sampai 90% dari kekuatan otot dalam waktu tertentu, akan merangsang pembentukan serabut otot. Otot dibentuk dari protein, oleh sebab itu asupan protein harus besar. Oleh sebab itu sel otot akan membesar dengan semakin besar dan banyaknya serabut otot. Contoh olahraga yang memperbesar otot dengan cara ini adalah angkat besi serta atlit-atlit lain yang berlatih untuk kekuatan otot seperti pada panco.

Sekarang ini ada beberapa produk suplemen, baik berupa susu ataupun tablet suplemen menawarkan pembentukan otot dengan cepat. Produk-produk ini bekerja dalam mensuplai protein dan energi yang diperlukan dalam pembentukan otot. Ada beberapa produk yang menawarkan L-carnitin. L-carnitin merupakan senyawa atau molekul yang dapat membantu memasukkan lemak ke dalam sel, termasuk ke dalam sel otot. Molekul lemak dalam sel otot akan diubah menjadi energi saat kita melakukan latihan otot.

Setelah kita mengetahui bagaimana otot bisa menjadi besar dan berbentuk, maka sekarang anda tinggal menentukan jalan mana yang ingin anda ambil. Pada prinsipnya hanya olahraga dan latihan otot yang dapat memperbesar dan membentuk otot.

Minggu, 23 Januari 2011

GONORE (BERNANAH PADA KEMALUAN)

Gonore merupakan salah satu dari penyakit menular sexual. Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoea. Bakteri ini  tidak dapat hidup di luar tubuh lebih dari 10 menit. Bakteri ini memerlukan tempat yang lembab di dalam tubuh untuk dapat berkembang biak dan menyebabkan penyakit. Di kulit yang kering bakteri ini akan mati, sehingga gonore tidak dapat menular melalui kontak kulit. Bakteri gonore dapat tumbuh subur di alat kelamin wanita (vagina), uretra (saluran kencing) pada laki-laki, rektum (saluran pembuangan) dekat anus, dan di mukosa mulut.

Gonore pada wanita sering tidak ada gejala pada stadium yang masih awal. Gejala yang dapat muncul apabila sudah lebih parah antara lain rasa panas saat buang air kecil, sering buang air kecil, keluar cairan kekuningan dari vagina, kemerahan, terasa panas, gatal dan bengkak pada vagina.

Apabila tidak diobati akan menjadi stadium lanjut yang dapat menyebabkan infeksi menyebar sampai ke rongga panggul (PID:Pelvic Inflammatory disease). Gejala-gejala dari PID antara lain nyeri pada perut bagian bawah, rasa kerap pada perut bagian bawah, panas badan, nyeri saat berhubungan badan dan komplikasinya dapat menyebabkan kemandulan pada wanita.

Gonore dapat menyebar ke tempat lain seperti ke katup jantung, ke sendi lutut dan ke mata. Penyebaran ke katup jantung da sendi lutut biasanya melalui aliran darah dan penyebaran ke mata biasanya melalui tangan yang tidak dicuci secara bersih (misalnya: setelah membersihkan alat kelamin langsung mengucek mata). Selain itu penyebaran infeksi ke mata dapat terjadi saat ibu yang menderita gonore melahirkan, biasanya bayinya akan tertular dan lokasi tersering adalah mata.

Selain memperhatikan gejala-gejala yang muncul, Gonore hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dengan bahan usapan dari cairan dari alat kemaluan yang terinfeksi gonore. Biasanya dari hasil pemeriksaan laboratorium, wanita yang terkena infeksi gonore juga terinfeksi clamidia (juga mmerupakan peyakit menular seksual).

Pengobatan gonore cukup sederhana. Sampai saat ini pengobatan dengan penyuntikan antibiotik penisilin (cukup sekali saja) masih dapat menyembuhkan gonore. Namun demikian ada beberapa jenis bakteri gonore yang kebal terhadap penisilin. Untuk jenis yang kebal ini dapat diobati dengan antibiotik minum atau suntik yang lebih baru seperti golongan sefalosporin dan fluoroquinolon. Pengobatan gonore pada wanita disertai dengan pengobatan untuk clamidia. Selain mengobati penderita, pasangan sexualnya (suami atau istrinya) juga ikut diobati sebagai pencegahan terjadinya infeksi berulang.

Oleh karena bakteri gonore tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka pencegahannya cukup mudah, yaitu dengan menggunakan kondom dalam berhubungan seksual, termasuk juga apabila melakukan hubungan seksual secara oral.